Pages

Saturday, 9 March 2019

Billy Koesoemadinata - Burung Kertas

Tidakkah kamu sadari  ada yang Istimewa dan khusus  dengan animo semi Billy Koesoemadinata - Burung Kertas
Billy Koesoemadinata - Burung Kertas
“Tanggal berapa sekarang?” Hikaru memecah kesunyian. Kuhentikan sebentar
pekerjaan tugasku, dan menatapnya.
“Memangnya kenapa?”
“Aku tanya, tanggal berapa sekarang? Jawab saja!”
“Dua April. Memang kenapa?”
Hikaru meninju telapak tangannya. Ia berdiri dan menatapku. Aku bingung.
“Wah! Artinya, kini ahad terakhir animo dingin! Asyik!”
“Lalu?”
Aku tak tertarik. Aku kembali mengerjakan tugas. Hikaru memegang pundakku.
Ia menggoncang-goncangkannya.
“Minggu depan animo semi! Minggu depan sudah animo semi!”
“Ya, dan ada apa dengan animo semi? Kenapa kamu begitu bersemangat?”
“Tidakkah kamu sadari ada yang Istimewa dan khusus dengan animo semi? Itu
saatnya bunga Sakura bermekaran! Pasti asyik! Kita dapat duduk bersantai di
bawahnya, sambil ngobrol! Dan, siapa tahu ada cowok!”
“Yah, terserah. Tapi, dari mana kamu tahu kata ‘cowok’? Itu ‘kan tidak baku?”
Hikaru tersenyum. “Kau.”
Aku menggeleng. Ada-ada saja Hikaru ini!
“Yah, tapi kata itu jangan kamu ucapkan di situasi resmi, ya?”
Aku kembali mengerjakan tugas. Tapi, tampaknya Hikaru belum menyerah.
“Ayolah, Ghita-chan! Di mana semangat animo semi-mu?”
Kusimpan pena, dan menutup kedua buku tugasku. Kutatap Hikaru dengan
tajam. Ia masih saja tersenyum-senyum. Seakan-akan mengajakku untuk ikut
tersenyum juga.
“Hikaru sahabatku, mana dapat saya mempunyai semangat itu? Aku ‘kan ekspat!
Orang asing! Kau sudah lupa hal itu, ya?”
“Tapi, kamu ‘kan sudah tiga tahun di Tokyo. Selama itu pula, kamu ‘kan sudah
melewati tiga kali animo semi. Memangnya, ada apa dengan animo semi
sampai kamu tidak mempedulikannya? Apa tidak ada sesuatu yang menular dan
membekas padamu?”
Aku bangkit.
“Ya, ada! Ada yang membekas dari tiga kali animo semi itu. Yaitu, rasa iri! Ya!
Aku iri! Aku iri dengan bunga Sakura yang indah dan hanya ada di negaramu!
Sementara di negaraku, apa? Bahkan, animo semi pun, saya tak pernah
mengenalnya hingga ketika ini!”
Hikaru membisu tak menjawab.

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter