Pages

Sunday 18 November 2018

Habiburrahman El Shirazy - Mahkota Cinta

Mata cowok itu memandang ke luar jendela Habiburrahman El Shirazy - Mahkota Cinta
Habiburrahman El Shirazy - Mahkota Cinta
Mata cowok itu memandang ke luar jendela. Lautan
terhampar di depan mata. Ombak seolah menari-nari
riang. Sinar matahari memantul-mantul keperakan. Dari
karcis yang dia pegang, dia tahu bahwa feri yang ia
tumpangi berjulukan Lintas Samudera. Tujuan feri yang
bertolak dari pelabuhan Batam itu ialah pelabuhan Johor
Bahru.
Ia memejamkan mata seraya meneguhkan hatinya.
Ia meyakinkan dirinya harus kuat. Ya, sebagai lelaki ia
harus kuat. Meskipun dia merasa sekarang tidak mempunyai siapa- siapa
lagi. Bagi seorang lelaki cukuplah keteguhan hati
menjadi teman dan penenteram jiwa.
la kembali menegaskan niat, bahwa dia sedang
melaksanakan pengembaraan untuk mengubah takdir.
Mengubah nasib. Seperti saran Pak Hasan, dia harus berani
berhijrah dari satu takdir Allah ke takdir Allah lain yang
lebih baik. Feri Lintas Samudera terus melaju ke depan.
Singapura semakin bersahabat di depan, dan Batam semakin
jauh di belakang. Namun, Lintas Samudera tidak hendak
menuju Singapura, tapi menuju pelabuhan Johor Bahru,
Malaysia.
"Baru pertama ke Malaysia ya Dik?" tanya perempuan
muda yang duduk di sampingnya. Perempuan itu
menggunakan celana jin putih dan jaket ketat biru muda.
Rambutnya diikat kucir kuda. Ia menaksir usia
wanita itu sekitar tiga puluhan lebih.
"Iya Mbak. Mbak juga yang pertama?" jawabnya
balik bertanya.
"Tidak. Saya sudah empat tahun di Malaysia."
"Berarti semenjak tahun 2000 ya Mbak."
"Tidak. Sejak awal 2001."
"Kerja ya Mbak?"
"Iya Dik. Kalau adik, mau kerja? Atau mau sekolah?"

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter