Pages

Monday 16 April 2018

Orizuka - Meet The Sennas

 Aku merobek halaman yang gres saja kutulisi dengan kalimat Orizuka - Meet The Sennas
Orizuka - Meet The Sennas
Aku Daza. Anak kedua dari tiga bersaudara. Yang artinya saya anak tengah.
Astaga. Sebenarnya saya sedang apa,sih?
Aku merobek halaman yang gres saja kutulisi dengan kalimat-kalimat bodoh. Sial. Aku memang
tidak punya talenta apapun,bahkan hanya untuk menulis diary kacangan ibarat ini. Lagi pula,apa
sih yang harusnya diyulis dalam diary?
Sebenarnya,tidak problem kalau saja Tante Amy memberiku diary ini sepuluh tahun lebih awal.
Setidaknya,aku sanggup meminta teman-temanku mengisinya dengan nama,hobi,citacita,
makanan,favorit,moto... lebih manis kalau diselipkan pantun atau apa... But,hello?
Sekarang,aku sudah tujuh belas dan rasanya norak banget kalau saya meminta teman-temanku
melaksanakan itu.
Diary yang saya maksud ini bukan diary keren ibarat organizer-yang masih pantas dibawa anak
SMA,bahkan pada zaman tablet ibarat kini ini-tetapi merupakan sebuah diary yang berbau
sangat menyengat,halamannya berubah warna setiap sepuluh lembar. Dan,seakan semuanya
masih belum cukup menggelikan,cover diary ini yaitu seorang cewek bermata luar biasa besar
dan membawa payung berenda.
Aku benar-benar kepingin membuangnya,tetapi kalau saya melakukannya,berarti saya juga harus
membuang semua hadiah dari keluargaku yang,yah,bisa dibilang jauh lebih menyedihkan dari.
diary ini
Ayah,contohnya,dia memberiku rumah Barbie. Rumah Barbie. Aku,anak gadis yang sudah tujuh
belas tahun,diberi rumah barbie oleh ayahku sendiri. Sedangkan di luar sana,di potongan dunia
lain,anak-anak gadis tujuh belas tahun menerima kendaraan beroda empat glamor atau kalung mutiara dari ayah
tecintanya.
Bunda,seakan mau menyaingi kekonyolan ayah,memeriku piano Casio kecil yang pernah aku
miliki dikala saya berusia tujuh tahun,tetapi karenanya rusak alasannya tersiram air. Dia berkata dengan
polos sambil menekan tombol yang segera mendendangkan lagu Jingle Bell, “Kamu enggak
kangen sama lagu ini,Daze? Dulu,kamu sering menekan-nekan tutsnya,pura-pura main kayak
yang udah jago,pake lagu ini.”
Well,thanks a lot,Bun! Aku benar-benar rindu masa-masa itu! Sungguh!

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter