Pages

Tuesday 3 July 2018

Lusiwulan - Pasangan (Jadi) Jadian

 Matanya tetap mengikuti jalannya film South Kensington yang DVD Lusiwulan - Pasangan (Jadi) Jadian
Lusiwulan - Pasangan (Jadi) Jadian
Malam,memutar otak.
Priyayi memekik. Bibirnya membuka, matanya berbinar. "Ya, ya, ya.... Sewakan kamar! Ide
bagus," gumam Priyayi. Matanya tetap mengikuti jalannya film South Kensington yang DVD-nya
ia sewa tadi dalam perjalanan pulang ke rumah, tapi konsentrasinya terpecah sudah.
Apa pasal cewek manis ini hingga memekik "Sewakan kamar"?
Dimulai dari keinginan Priyayi yang telah terpendam sekian lama. Lama-lama status keinginan
tersebut memuncak menjadi harapan besar. Dan menurutnya kini inilah saatnya harapan itu
harus mulai diungkapkan kepada pihak-pihak yang diperkirakan bisa dan akan menjadi
sponsor untuk mewujudkan impiannya tersebut dalam jangka waktu relatif cepat.
Mau tahu apa harapan Priyayi itu?
Benua Eropa.
Memang sih orangtua Priyayi termasuk dalam golongan orang kaya yang bisa pergi ke
kepingan bumi mana saja kapan saja.
Makara ke Eropa bukanlah hal yang sulit diwujudkan. Sekarang masalahnya yang diimpikan Priyayi
lebih dari sekedar berangkat, check-in hotel, keliling kota, jalan-jalan ke daerah wisata, beli
cendera mata kemudian pulang.
Yang diinginkan gadis itu yakni keliling di negara-negara besar Eropa dalam rentang waktu
yang tidak terbatas. Kalau di-rating mulai dari 1 hingga 5, dengan 1 yakni berminat dan 5
yakni bosan, maka rating yang diinginkan Priyayi yakni 5. Oke, 4 tak apa-apalah(4 adalah
tidak ada lagi daerah menarik bagiku).
Dia mengincar kota-kota besarnya, menikmati hotel, kafe, restoran, daerah clubbing, dan
perawatan kecantikan. Semua dengan kemudahan kelas satu. Terlebih, Priyayi kepingin banget
belanja di butik-butik desainer kelas dunia, pribadi di kota asal mereka. Ia mengincar Milan,
London, Paris sesuai dengan yang dibacanya di majalah-majalah atau yang ia tonton di jaringan
TV kabel.
"Haaa?" Mamanya terdiam mendengar penuturan anak perempuannya." Kamu abnormal atau
apa,Nak?"
"Ih...., Mama,biasa aja deh!"
"Mana bisa dianggap biasa?! Kalau satu-dua ahad dan cuma jalan-jalan sih nggak apa-apa,
mama dan papamu bayarin semua, tapi ini.....?! Buang-buang duit namanya! Mendingan
dialokasikan untuk sesuatu yang lebih penting atau untuk acara sosial," oceh Mama.
"Ma, nanti saya tambahin pake tabunganku. Nggak kini kok, masih beberapa tahun lagi."
"Kenapa nggak Mama dan Papa saja yang nambahin?" celetuk Papa angkat bicara.
Sebenarnya jawabannya sudah bisa ditebak. Papa hanya ingin menyindirnya. Mama
mengangguk-angguk tanda mendukung.
"Potong warisan deh..."
Kontan mama dan papanya tergelak,
"Yakin amat ada warisan buatmu," seloroh Mama.
"Yakin donk, kalian memang kadang suka bikin sebal, tapi kalian masih tetap orangtua yang baik
dan peduli terhadap anak-anaknya," sahut Priyayi, ada unsur merayu didalamnya.
"Berarti setengah pembayaran rumahmu dan membayar penuh mobilmu tanpa memotong
warisan," timpal mamanya penuh kemenangan.
Papa merangkul pundak anaknya dan bertukas," Karena kami sebagai orangtua terlalu baik, kami
akan membayari tiket pesawat pulang-perginya."
"Ditambahi biaya hotel dan jajan seminggu juga nggak apa-apa, Pa?" seruan Mama seraya
tersenyum kolam malaikat penuh ampunan. Papanya ikut-ikutan. Priyayi tambah manyun. Yaah.....
Memang nggak bisa berharap banyak dari orangtuanya.

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter