Pages

Thursday 12 July 2018

Luna Torashyngu - Mawar Merah Metamorfosis

 Malam itu puluhan kendaraan beroda empat polisi berkumpul di sekeliling sebuah gedung bau tanah yang tampak koso Luna Torashyngu - Mawar Merah Metamorfosis
Luna Torashyngu - Mawar Merah Metamorfosis
Los Angeles di animo gugur...
Malam itu puluhan kendaraan beroda empat polisi berkumpul di sekeliling sebuah gedung bau tanah yang tampak kosong
dan tidak terawat di salah satu sudut kota. Mereka semua menatap ke arah gedung bekas
apartemen yang kini tampak gelap gulita alasannya yakni tidak adanya fatwa listrik.
“Tim SWAT telah siap di posisi,” kata salah seorang petugas kepada seorang laki-laki berjas. Pria itu
yakni Kapten Rick Malhey, kepala posisi yang memimpin satuan polisi-polisi tersebut.
“Yakin beliau masih berada disana?”
“Menurut patugas yang mengejarnya, semenjak masuk ke gedung itu sampai sekarang, tidak ada
gejala beliau telah keluar. Mereka pribadi memblokade area sekitargedung ketika itu juga.
Lagi pula beliau telah terluka terkena tembakan di daerah kejadian.”
Pria yang lebih tinggi menoleh ke arh rekannya.
“Suruh tim SWAT segera masuk.”
BRAKK!!
“Maju!”
Satu tim penyergap dari Special Weapons And Tactics (SWAT) memasuki gedung bau tanah yang
gelap gulita. Enam orang anggota tim berpakaian lengkap dengan epilog kepala itu memeriksa
setiap sudut ruangan yang mereka masuki dengan saksama dengan proteksi cahaya pada ujung
senjata masing-masing.
“Clear!” kata salah seorang anggota tim. Disusul dengan permintaan yang sama dari anggota tim
yang lainnya.
“Di sini tim Alpha. Kami berada di tingkat lima. Tersangka belum ditemukan.”
“Di sini tim Bravo. Kami akan pribadi menyisir tingkat tujuh.”
Di sudut sebuah ruangan di lantai delapan, seorang gadis berambut hitam pendek dan
berpakaian serba hitam terduduk lemas. Peluh membasahi wajahnya. Kedua tangan gadis itu
memegangi paha kirinya yang mengeluarkan darah. Paha itu luka terkena tembakan. Potongan
kain yang di gunakan untuk membalut paha itu tidak sanggup menghentikan darah yang mengalir
tanpa henti.
Suasana gedung yang kosong menciptakan gadis itu sanggup mendengar langkah-langkah kaki yang
bergerak ke arahnya. Apalagi langkah kaki tu di iringi dengan teriakan-teriakan yang terdengar
sangat jelas. Gadis yang berusia sekitar 20 tahunan dengan wajah khas Asia Timuritu melirik ke
arah tangan kanannya yang sedang menggenggam sebuah pistol semi otomatis. Dengan pistol
inilah beliau telah mengambil nyawa beberapa orang yang mencoba mencegahnya lolos, temasuk
tiga orang anggota polisi.
Mereka niscaya tidak akan melepaskanku! batinnya.
Di dalam pistol yang di genggamnya kini hanya tersisa beberapa butir peluru. Tidak seimbang
dengan jumlah anggota tim SWAT yang masing- masing membawa senapan otomatis. Walau
begitu gadis tersebut telah bertekad tidak akan menyerah. Dia lebih baik mati daripada
tertangkap. Suara derap kaki makin mendekat ke arahnya. Di luar gedung, sebuah helikopter
milik LAPD yang dilengkapi dengan lampu sorotnya ke dalam gedung, menciptakan keadaan di
dalam sedikit terang dan terlihat dari luar. Gadis tersebut sedikit menundukkan kepalanya untuk
menghindari sapuan sinar dari lampu sorot yang sanggup memberitahukan keberadaannya.
Sementara itu, salah satu tim SWAT telah naik ke lantai 8.
Sekarang saatnya!
Dengan tertatih-tatih, gadis tersebut menuju pintu. Dia mencoba berpindah dari satu sudut
apartemen lainnya, mencari celah untuk meloloskan diri, bila ada. Suara lain dari sisi yang
berlawanan menarik perhatiannya.
Itu niscaya tim SWAT lain!

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter