Pages

Wednesday 4 April 2018

Orizuka - The Truth About Forever

 Yogya berjalan hening di antara persawahan Orizuka - The Truth about Forever
Orizuka - The Truth about Forever
Neighbour from Mars
Kereta jurusan Jakarta- Yogya berjalan hening di antara persawahan. Di dalam kereta itu,
seorang perjaka berumur dua puluh tahun tertidur dengan lisan separuh terbuka. Suara dentumdentum
keras terdengar dari headphone besar yang merosot dari telinganya dan malah melingkari
lehernya.
Seorang anak wanita menatap wajah perjaka di depannya itu dengan cermat. Ibu dari anak
wanita itu juga sedang terkantuk-kantuk. Anak wanita itu bangun dan mendekati cowok
di depannya. Dia memperhatikan iPod yang ada di tangan perjaka itu, kemudian menjulurkan tangan,
bermaksud menyentuhnya.
"Jangan!" seru perjaka itu, menciptakan anak wanita itu tersentak kaget. Namun, mata perjaka itu
masih terpejam. Rupanya, ia hanya mengigau.
Anak wanita itu menghela napas lega, kemudian kembali menjulurkan tangannya. Tiba-tiba,
perjaka iti bergerak gelisah.
"Jangan! Lepasin gue!! JANGAN!!!" seru perjaka itu.
Si anak wanita terlonjak kaget dan karenanya jatuh terduduk dengan wajah pucat pasi.
"Ada apa?" kata ibu dari anak itu. Rupanya ibu itu terbangun alasannya ialah teriakan keras si cowok.
"Ada apa, Lani?"
Anak wanita berjulukan Lani itu dengan segera menangis, lebih alasannya ialah kaget. Ibu si anak
menenangkannya, kemudian melirik tajam ke arah perjaka tadi.
Yogas, si perjaka tadi, masih terlalu kaget dengan mimpinya. Mimpi jelek yang sudah sekian
tahun mengganggunya. Yogas menyeka keringat masbodoh yang mengalir deras di wajahnya, lalu
menatap si ibu yang juga menatapnya tajam.
"Oh. Maaf, Bu," kata Yogas sehabis melihat Lani masih terisak meski ia tak tahu persis apa
kesalahannuya.
Si ibu tidak begitu peduli dengan undangan maaf Yogas, bahkan membuang muka. Yogas
menggigit bibirnya merasa bersalah, kemudian membetulkan duduknya. Setelah memastikan si ibu
tidak kembali menatapnya, Yogas membuang pandangannya ke luar jendela. Kereta masih
melintasi persawahan.
Yoga menghela napas berat mengingat mimpinya tadi. Tanpa sadar, tangannya mencengkeram
lengan kirinya erat.

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter