Nurrila Iryani - The Marriage Roller Coaster |
Aku tersenyum melihat bayangan diriku di beling fitting room. Cantik. No, maksudku dress
Marc Jacobs ini terlihat manis di tubuhku, menyerupai memang dibentuk khusus untukku.
“Audi, gimana?” Sonya, sahabatku, mengintip dari balik tirai.
“Bagus nggak” tanyaku sambil bergoyang-goyang centil.
Sonya mengamatiku lekat-lekat, “Bagus sih. But don’t you think it’s too expensive?”
“Ini investasi!” jawabku asal.
“Investasi nenek moyang lo!” wajah Sonya kembali menghilang dari balik tirai.
Aku hanya terkekeh. Fokusku kembali pada bayanganku di kaca. I really love this dress. Tapi
benar kata Sonya, this dress is too expensive, harganya hampir sepertiga gajiku ... dan ini
masih awal bulan. Pasti masih akan ada puluhan sesi belanja sesudah hari ini.
Argh, kapan sih saya dipromosiin sebagai manajer di kantorku? Aku butuh dana lebih untuk
belanja! Ah sudahlah, buat apa saya kerja jikalau saya nggak boleh menikmati hasil jerih
payahku sendiri. Valid? Yes. Toh jikalau hingga gajiku bulan ini habis, kan masih ada jatah
belanja dari Rafa, suamiku tercinta. Makin valid? Yes yes yes. Lagipula menyerupai yang aku
bilang tadi. Ini investasi. Yes, Ladies, say this to yourself, beli pakaian bagus itu investasi.
Mungkin pakaian bagus memang nggak kayak emas yang kemungkinan besar bisa dijual
lebih mahal sesudah kau simpan di lemari selama lima tahun. Tapi percayalah pakaian
bagus bisa menciptakan kepercayaan diri meningkat berkali-kali lipat. Dan ketika percaya diri
sudah meningkat, dampaknya akan besar untuk kehidupan kamu. It will make you feel like
you own the world! Kalau dalam kasusku, kepercayaan diri yang tinggi ketika saya mengenakan
pakaian bagus membuatku bisa menawarkan presentasi yang memukau ke calon klien.
Kalau kata Syahrini, cetar membahana! Biasanya ini akan berujung dengan keberhasilanku
mengakibatkan mereka klien gres untuk perusahaan market research tempatku bekerja. Ujung- ujungnya, saya sanggup bonus besar tiap tahun di kantor. Masih mau bilang pakaian bagus
bukan investasi? Jelas nggak ada alasan untuk nggak membeli dress manis ini. Aku melepas
calon dress baruku dan segera menuju kasir. Hello cute dress, you’ll have a new home!
“Mau belanja apa lagi, Nyoya?” Sonya melirik kantong belanjaan di tanganku ketika aku
meninggalkan toko.
“Enough for today. Sisain buat besok-besok,” jawabku sambil tersenyum lebar,
memamerkan gugusan gigiku yang rapi.
Sonya hanya menggelengkan kepalanya.
Aku kadang heran, Sonya ini sahabatku semenjak kuliah, artinya kita sudah hampir tujuh tahun
sahabatan. Tapi kenapa ia masih belum kebal juga ya melihat kebiasaan belanjaku? Saat
masih kuliah dulu, dengan uang bulanan pas-pasan saja saya sudah hobi belanja sepatu, tas,
dan pakaian. Meskipun kadang saya hingga harus puasa dan nabung berbulan-bulan dulu
untuk membeli barang yang saya inginkan. Jadi, ketika kini – ketika saya sudah punya
penghasilan sendiri – talenta belanjaku lebih terasah, ia sudah lebih maklum. Badak jawa
juga nggak akan bisa menghalangiku berseliweran dari butik ke butik deh!
“Rafa nggak pernah protes ya lihat belanjaan lo yang harganya selangit gini?”
No comments:
Post a Comment