Pages

Monday 10 December 2018

Novel Ayat Ayat Cinta

 Seumpama pengecap api yang menjulur dan menjilat Novel Ayat Ayat Cinta

Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar di tengah
petala langit. Seumpama pengecap api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah
dan pasir menguapkan amis neraka. Hembusan angin sahara disertai debu yang
bergulung-gulung menambah panas udara semakin tinggi dari detik ke detik.
Penduduknya, banyak yang berlindung dalam flat yang ada dalam apartemenapartemen
berbentuk kubus dengan pintu, jendela dan tirai tertutup rapat.
Memang, istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruangan
jauh lebih nyaman daripada berjalan ke luar rumah, meski sekadar untuk shalat
berjamaah di masjid. Panggilan azan zhuhur dari ribuan menara yang bertebaran
di seantero kota hanya bisa menggugah dan menggerakkan hati mereka yang
benar-benar tebal imannya. Mereka yang mempunyai tekad beribadah sesempurna
mungkin dalam segala ekspresi dominan dan cuaca, menyerupai karang yang tegak bangkit dalam
deburan ombak, terpaan badai, dan sengatan matahari. Ia tetap teguh berdiri
seperti yang dititahkan Tuhan sambil bertasbih tak kenal kesah. Atau, seperti
matahari yang telah jutaan tahun memperabukan tubuhnya untuk memberikan
penerangan ke bumi dan seantero mayapada. Ia tiada pernah mengeluh, tiada
pernah mengerang sedetik pun menjalankan titah Tuhan.
Awal-awal Agustus memang puncak ekspresi dominan panas.

 Seumpama pengecap api yang menjulur dan menjilat Novel Ayat Ayat Cinta

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter