Pages

Saturday 5 January 2019

Djenar Maesa Ayu - Kumpulan Cerpen Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu)

 Itulah judul kumpulan cerpen karya Djenar Maesa Ayu Djenar Maesa Ayu - Kumpulan Cerpen Jangan Main-Main (dengan kelaminmu)
Djenar Maesa Ayu - Kumpulan Cerpen Jangan Main-Main (dengan kelaminmu)
Seberapa sering kau atau beliau bermain-main dengan kelaminmu? Jangan Main-main dengan Kelaminmu. Itulah judul kumpulan cerpen karya Djenar Maesa Ayu. Lewat sastra basi ini Djenar ingin meresahkan pikiran dan imajinasi pembacanya. Ia total sedang bermain-main dengan kelamin lewat kata. Tapi ini bukan novel porno atau stensil, ia serius menjanjikan makna-makna yang luput dan diremehkan.

Menyusu Ayah, salah satu cerpen yang termuat dalam novel ini menciptakan pembaca ingin masuk lebih dalam pada abjad Nayla yang suka menyusu pada penis ayahnya. Menyusu Ayah menjadi Cerpen Terbaik versi Jurnal Perempuan pada 2002 dan diterjermahkan oleh Richard Oh dengan judul Suckling Father.

Vulgar, tabu sekaligus segar melumat tiap alur dongeng yang berani menguliti dogma mapan dalam masyarakat. Tema perselingkuhan ada pada cerpen Jangan Main-main (dengan kelaminmu), Mandi Sabun Mandi, Saya di Mata Sebagian Orang, dan Staccato. Ekspose kenikmatan seks digambarkan pada Menyusu Ayah, Penthouse 2601, dan Payudara Nai-nai. Sedangkan cerpen Cermin, Saya yaitu Seorang Alkoholik, Ting, dan Moral mempunyai tema yang masing-masing berbeda dan unik.

Moral menjadi cerpen yang sanggup dikatakan mewakili pesan kumpulan cerpen lainnya. Isinya menceritakan wacana seorang wanita yang duduk kasus pada pilihan antara membeli rok mini atau moral. Moral sangat murah harganya hanya seribu rupiah sedangkan rok mini berkali-kali lipat lebih mahal seharga satu juta sembilan ratus sembilan puluh delapan ribu delapan ratus rupiah. Uang yang ia punya didompet hanya dua juta rupiah. Tapi Ia pun tetapkan untuk membeli rok mini.

Saat digunakan di rumah, rok mini yang gres dibelinya kekecilan. Esoknya ia pun menukar dengan ukuran yang pas dengan tubuhnya. Tapi ia terperanjat saat melihat harga sopan santun sudah naik menjadi tiga ribu rupiah. Tapi wanita itu teguh pada prinsipnya sebagai pembeli, ia tak mau rugi. Menurutnya sopan santun bukanlah sesuatu yang penting dalam hidupnya. Ia pun total melaksanakan perawatan untuk bersiap hadir di pesta saat ia akan menggunakan rok mini barunya dan bergaya ala rock star.

Sudah menjadi dogma umum di masyarakat dahulu bahwa wanita tak perlu sekolah terlalu tinggi. Begitupun dogma kedua orangtua pada wanita itu. Orangtuanya beropini yang penting untuk wanita hanya pandai merawat diri dan suami. Cinta dimulai dari mata turun ke perut dan dari perut turun ke hati.

“Aneh, dari perut kok turun ke hati? Mungkin dari perut turun ke bawah perut tapi mereka tidak tega mengatakannya walaupun tega anaknya mempraktekkannya. Tapi kenyataannya, jangankan masak dan merawat suami. Akhirnya Cuma sanggup suami orang”

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter