Pages

Sunday 28 January 2018

Agnes Jessica - Piano Di Kotak Kaca

 Terdengar bunyi wanita menangis kemudian terdengar bunyi benda jatuh Agnes Jessica - Piano di Kotak Kaca
Agnes Jessica - Piano di Kotak Kaca
"CERAIKAN saja aku, ceraikan!!!"
Plakkk! Terdengar bunyi wanita menangis kemudian terdengar bunyi benda jatuh.
"Kau pikir saya tidak mau? Ya, kita cerai saja!"

Sheila menutup kupingnya dengan tangan erat-erat. Matanya terpejam kemudian dari sela-sela bulu
matanya mengalir air mata. Selalu begini tiap hari. Apa mereka tidak memikirkannya?
Pernahkah mereka memikirkannya barang sebentar? Pernahkah mereka berpikir bahwa ini
menyakitkan? Suara-suara ribut menyerupai ini bagai mengimpit jiwanya hingga beliau mau mati rasanya.

Itu bunyi pertengkaran orangtuanya. Sheila cuma bakir balig cukup akal yang berusia lima belas tahun yang
mestinya belum mengerti apa-apa. Satu-satunya yang sanggup beliau pelajari dari kekerabatan ayah dan
ibunya hanyalah perselisihan. Bisa saja ibunya berdalih bahwa beliau terlalu muda saat beliau menikah
dengan ayahnya dulu, gres genap tujuh belas tahun usianya. Bisa saja ayahnya berdalih bahwa ia
salah menentukan istri, yang selalu menciptakan murka suami. Tapi apakah mereka pernah berpikir
bahwa janji nikah mereka telah melahirkan dirinya? Lalu apa dirinya? Ia niscaya bukan buah cinta
seperti yang di sebut-sebut pemain sinetron saat menyebut anak. Ia yakni buah dari hubungan
yang tak diharapkan, kekerabatan tanpa cinta.

"Aaaaaaa!!!!" terdengar teriakan lagi.
Sheila mengetatkan lagi telapak tangannya di telinga, tapi suara-suara itu masih saja terdengar.
Itu niscaya bunyi ibunya, berteriak sebab dipukul ayahnya. Mereka bahkan tak pernah mencoba
untuk menciptakan pertengkaran ini tak didengarnya.

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter