Pages

Tuesday 20 March 2018

Ran Orihara - Amazing Guardian 2

Semua mata memandang tiga sosok yang berkilauan itu dari kejauhan Ran Orihara - Amazing Guardian 2
Ran Orihara - Amazing Guardian 2
Semua mata memandang tiga sosok yang berkilauan itu dari kejauhan. Ada yang berbisik-bisik,
ada pula yang belakang layar berusaha mengambil foto mereka melalui ponsel berkamera. Bukan
hanya pengunjung, bahkan para pramusaji di sana pun bolak-balik mencuri pandang ke sebuah
meja yang terletak paling ujung, sempurna di samping jendela. Namun ketiga orang yang berada di
meja itu tidak terlalu peduli keadaan di sekitar. Selain alasannya yakni sibuk berdiskusi wacana hal yang
krusial, tampaknya mereka juga sudah terbiasa menjadi sentra perhatian di kota Gifu, yang
mempunyai sejarah panjang semenjak Sengoku Jidai. 1 (1 Sengoku Jidai: Zaman Sengoku atau zaman
perang saudara di Jepang. Berlangsung sekitar tahun 1493-1573.)
“Jadi, apa kamu mau menerimanya?” tanya Izumi sambil memandang Asa.
“Sudah terang harus diterima dong.” Kaze yang duduk di sebelahnya eksklusif menimpali, “Kita
tahu sendiri, satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Tuan Putri memang cuma Naito,
kan?”
“Benar juga.” Izumi mengangguk setuju, “Kurasa itu jalan terbaik.”
Brak! Asa menggebrak meja, “Kalian bisa serius sedikit nggak sih?” desisnya pelan. Meski ingin
membentak dengan bunyi lebih keras, namun ia terpaksa menahan diri. Karena bagaimanapun
juga, mereka berada di sebuah famiresu,2 (2 Famiresu: Singkatan dari family restaurant) yang
merupakan daerah umum. Asa terang tidak mau mempermalukan diri sendiri jikalau sampai
mengamuk di sini.
Kaze dan Izumi berpandangan, kemudian sama-sama menghela napas panjang. Seolah memiliki
fatwa yang sama.
“Tuan Putri, kurasa nggak ada lagi pria yang lebih pantas untukmu daripada Naito,” ucap
Kaze sambil menyerumput segelas jus di depannya.
“Ya. Itu sudah pasti.” Izumi menguap lebar, tidak terlalu ambil pusing. “Saat teman-teman
sekelas menggosipkan kalian berdua, saya juga nggak begitu kaget mendengarnya. Apalagi
melihat perilaku Naito padamu selama ini...”
Asa yang melihat kedua lelaki di depannya bisa begitu santai, jadi merasa konyol sendiri dengan
kegelisahannya. “Memangnya bagaimana perilaku Naito padaku? Bukannya beliau juga
memperlakukan semua orang sama rata?”
“Tentu saja tidak.” Kaze otomatis menggeleng sambil tersenyum lebar, “Karena selalu
bersamanya hampir sepanjang waktuk, makanya Tuan Putri nggak sadar. Mungkin hanya orang
buta yang tidak bisa melihat bagaimana beliau begitu menjagamu.”
Sekarang Kaze benar-benar paham. Selama ini beliau selalu menerka-nerka, bahkan kadang tidak
begitu mengerti dengan kedekatan yang tidak biasa antara Asa dan Naito, namun ketika ini...
semua sudah jelas. Masalahnya sekarang, tinggal bagaimana keputusan si Tuan Putri setelah
mengetahui perasaan pria itu padanya.
“Kamu terlalu manja pada kebaikan Naito.” Izumi memperlihatkan komentar yang kontan membuat
Asa membelalak lebar. Dibanding Kaze, nada bicara pria berkacamata itu jauh lebih tegas.
“Selama ini, Naito selalu di sisimu, mati-matian menahan perasaan alasannya yakni tidak ingin
membuatmu susah. Sekarang, sudah waktunya kamu lebih memperhatikan dia.”
Asa eksklusif menundukkan kepala. Ia sama sekali tidak bisa melawan perkataan Izumi,
kata-kata itu benar-benar tertancap di dalam benaknya. “Tapi saya nggak tahu harus
bagaimana....”

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter