Pages

Wednesday, 27 June 2018

Maria Jaclyn - De Buron

 kemudian seorang perjaka berhambur keluar dengan Maria Jaclyn - de Buron
Maria Jaclyn - de Buron
PINTU jati itu menjeblak terbuka, kemudian seorang perjaka berhambur keluar dengan
panik. Wajahnya tampak pucat dan tegang. Rambutnya lembap gara-gara keringat, begitu juga
seluruh wajahnya. Namun bukan itu yang dipikirkannya sekarang. bukan juga parfum di
kausnya yang sudah bercampur keringat dan mengeluarkan amis yang mungkin sanggup
membunuh semua hewan liar di dunia. Satu-satunya gambar yang memenuhi kepalanya
kini cuma isi kamar yang gres saja dilihatnya. Mengerikan. Sungguh.

Ia menoleh ke kanan-kiri dengan panic, kemudian tetapkan segera berlari dari daerah itu. Ia
menuruni tangga sepi yang mustahil terjadi selain di tengah malam atau di waktu makan
siang ibarat ini, melewati meja-meja penuh kertas bertebaran yang pemiliknya sedang asyik
melahap nasi uduk atau nasi goreng di warung terdekat. Terus berlari keluar dari kantor itu.

Jantungnya berdebar keras, seolah-olah ada seseorang yang menyalakan house music bervolume
tinggi sempurna di sebelah telinganya. Yang pasti, ketika itu ia tidak sempat berpikir sedikit pun
mengenai apa kata cewek-cewek bila melihatnya berpenampilan kumal ibarat ini dan berlari
keluar dari sebuah kantor dengan gerak-gerik ala pencuri yang habis merampok uang miliaran
rupiah. Ia benar-benar tidak peduli, alasannya ialah yang terjadi jauh lebih mengerikan dari sekadar
pencurian.

Berulangkali perjaka itu bergumam sendiri. Setengah mati berharap tidak ada orang yang
melihatnya keluar dari kantor itu. Namun ternyata malang nasibnya. Seorang office boy yang
tidak pergi makan (dalam rangka diet alasannya ialah ditolak cewek kesukaannya dengan alasan orang
gendut selalu amis keringat) gres saja keluar dari gudang ketika perjaka itu keluar dari pintu ruang
direktur.

Begitu anak muda yang berlari pergi itu tidak kelihatan lagi, sang office boy segera menghampiri
ruang eksekutif dengan heran—sambil bergumam semangat anak muda yang bikin iri, mereka
masih punya semangat berlari-lari di siang bolong superterik ibarat ini—dan mengetuk pintu
yang sedikit terbuka.

Tidak ada jawaban.

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter