Pages

Monday 18 June 2018

Mia Arsjad - Jun!!!

 dan Juna yang kemungkinan besar bakal terus sekolah di ibu kota yang kejam Mia Arsjad - Jun!!!
Mia Arsjad - Jun!!!
''Serius? Kaprikornus kalian nggak bakal Sekolah Menengan Atas di Jakarta?'' Dira menatap Sunbulat dan Irwan,
dua dari ketiga sobat segengnya.
Sunbulat dan Irwan mengangguk kompak. Mereka berdua sudah niscaya meninggalkan
Jakarta begitu lulus SMP. Satu ke luar negeri, satu ke luar kota. Itu berarti cuma Dira
dan Juna yang kemungkinan besar bakal terus sekolah di ibu kota yang kejam
menyerupai ibu tirinya Cinderella ini.
Mendadak Dira sedih. Mereka ialah kumpulan kutu buku yang eksklusif kompak
semenjak masuk SMP. Nggak ada yang nggak seru bila dijalankan berempat. Dira
yang manis, ceroboh, dan cerewet; Sunbulat yang teratur dan rapi; Irwan yang hobi
sepak bola; dan Juna yang ganteng, sang pemberontak dengan otak superencer,
kocak, dan anti kekerasan; mereka semua disatukan oleh hobi baca dan nonton film.
Mulai dari berburu novel, nonton film DVD, nonton ekonomis di bioskop, dan bikin tugas
bareng, semua menyenangkan bila dilakukan berempat.
''Jadi sedih...,'' Dira berkata pelan.
''Eh, jangan murung dong. Sekarang kan zaman modern. Ada e-mail, fb, messenger.
Kita tetep dapat kontak kok,'' kata Irwan semangat.
Sunbulat mengangguk setuju. ''Irwan bener. Jangan murung dong. Sekarang kita tos
kompak dulu yuk!'' Sunbulat mengulurkan telapak tangannya ke tengah-tengah
mereka. ''Tos kompak!''
''Tos!'' Irwan meletakkan tangannya di atas tangan Mayang.
Sambil berusaha mengurangi kesedihan, Dira melatakkan tangannya di atas telapak
tangan Mayang, dan jantung Dira nyaris meledak waktu Juna meletakkan tangannya
di atas tangan Dira. Tangan Juna yang hangat bikin wajah Dira mamanas.
''Nah, kalo gue sama Irwan pergi, berarti tinggal Juna sama Dira di Jakarta. Kalian
harus tetep kompak ya. Kalo sampe pacaran juga nggak papa kok. Hihihi..'' Mayang
cekikikan.

Candaan Sunbulat eksklusif bikin Dira dan Juna refleks saling tatap sekilas. Super-
sekilas, kemudian sama-sama salting dan akal-akalan melihat ke arah lain.

''Oke. Kita tos! Mayang, Irwan, Juna, dan Dira... kutu buku paling asyik, bersahabat
selamanya!!!''
Lalu mereka berempat mengangkat tangan ke udara.
PYARRR!!!
Seperti biasa, tangan si ceroboh di angkat tanpa lihat arahdan menyambar cangkir
teh anggun panas di meja tamu pendek di ruang TV Irwan. ''AUWHHH! PANASSS!''
''Ya ampun. Lo nggak papa, Ra?'' Dan menyerupai biasa juga, Juna eksklusif maju
duluan dengan panik.
Dira mengibas-ngibaskan tangannya yang terkena teh panas. ''Nggak, nggak papa.
Cuma kena panas sedikit.''
Juna membolak-balik tangan Dira. ''Agak merah sih... Gue beliin obat dulu, ya? Kalo
nggak, tangan lo dapat bengkak. Nanti berabe kalo konser tunggal piano lo batal.
Dira mendelik. ''Kurang ajar,'' protes Dira cemberut. Dia paling sebal bila diledekin
soal musik. Semua juga tahu Dira paling payah mainin alat musik. Satu-satunya alat
musik yan dapat ia mainkan cuma pianika.

No comments:

Post a Comment

Subscribe to our newsletter